Eun Jae kembali mimpi buruk, tapi dengan beberapa adegan baru. Gadis kecil yang sama berdiri di kelas, tapi tak ada yang memperhatikannya. Sepasang mata mengintip dari balik pintu dan segelas susu tumpah. Eun Jae terbangun dengen keringat bercucuran.
Tak ada perubahan bagi Eun Jae. Di bis ia kembali kena tas
yang dibawa orang yang berdiri di dekatnya. Setelah kelas usai, Eun Jae keluar
ruangan walau ada pemberitahuan kalau anak psikologi diminta untuk tidak pergi
dulu. Jong Yeol memperhatikan Eun Jae yang pergi dengan penuh minat.
Ia mengirim pesan pada Ye Eun, tapi tak dibalas. Ye Eun
ternyata asyik pacaran di café. Saat Eun Jae balik ke perpus, ada seorang gadis
yang berdiri tak sabar di samping kursi Ye Eun. Ia tak bisa berbuat apa-apa
saat gadis itu mengambil tas dan diktat Ye Eun dan memberikan ke petugas
perpus. Sampai malam, Eun Jae terus menunggu tapi Ye Eun tak datang juga.
Ye Eun akhirnya mencoba menelepon Eun Jae dan heran
mendengar saat mendnegar suara ringtone Eun Jae. Ternyata Eun Jae sudah datang
dan mendengar semuanya. Ye Eun buru-buru minta maaf karena tak muncul di
perpustaakaan.
Tanpa banyak omong, Eun Jae menjatuhkan buku diktat Ye Eun
ke lantai, kemudian membuang tas Ye Eun ke luar jendela hingga terdampar di jalan. Semua terkesiap
kaget. Ye Eun sudah mau marah, tapi terdiam saat Eun Jae berteriak dengan
bahasa banmal, bertanya apakah ia pantas dijadikan gurauan seperti ini? Ia
kemudian marah ke semuanya. “Bahkan
jika aku tak tahu apa-apa, walaupun aku kelihatan seperti orang bodoh, kalian
tak perlu seperti ini. Kalian tak perlu sejahat ini! Kalia tak perlu
mentertawakan aku!” Air matanya menggenang saat menyambung, “Kalian setidaknya
bisa sedikit ramah. Tak semua orang terbiasa hidup di sini seperti kalian.
Bagiku, ini sangat berat sampai rasanya aku mau mati saja!!”
Suasana hening
mendengar jeritan Eun Jae, walau terlihat ketiganya terlihat kaget. Eun Jae
masuk kamar dan menangis tersedu-sedu di tempat tidur, cukup keras hingga
terdengar dari luar. Tapi ketiga gadis itu benar-benar tak tahu apa yang
sebenarnya terjadi pada Eun Jae.
Malamnya, Eun Jae
demam tinggi, dan saat mengigau ia melihat sekelebat wajah teman-temannya
keluar masuk kamar untuk merawat dan memeriksa kondisinya, campur aduk dengan
mimpi buruk yang sering muncul.
Keesokan paginya,
Ye Eun, Yi Na dan Jin Myung membersihkan rumah. Eun Jae sudah terlihat
mendingan dan ingin keluar kamar untuk pipis. Tapi tak berani keluar sampai ia
benar-benar tak tahan dan berlari ke kamar mandi setelah memberi ucapan selamat
pagi. Semuanya terkejut tapi tertawa, menyadari kalau Eun Jae itu memang punya
hobi menahan semuanya hingga akhirnya meledak.
Eun Jae berbicara
dengan canggung dan karena tahu sekarang saat bersih-bersih, ia menawarkan diri
untuk ikut bersih-bersih. Karena baru sakit, Eun Jae disuruh membuang sampah
saja. Saat mengambil sampah dari meja Jin Myung, ia menemukan post it-post it
yang penuh coretan. Ternyata untuk menulis satu post it, Jin Myung harus
menulis beberapa kali untuk mendapat kata-kata yang bagus.
Saat Eun Jae
selesai, ketiga temannya sudah sarapan ramen. Tapi untuk Eun Jae yang baru
sakit, sudah disiapkan bubur dan obat. Sambil berterima kasih, Eun Jae minta
maaf atas ucapannya kemarin. Ye Eun meminta Eun Jae untuk meluapkan amarah ke
si pendosa dan bukannya tasnya. Hahaha ^^
Untuk pertama
kalinya, Jin Myung bicara secara banmal dengan Eun Jae, memintanya untuk
langsung ngomong saja dan tak menahan dalam hati. Memang mereka harus belajar
untuk menerima keadaan, tapi mereka harus bicara jika ada yang mengganggu
mereka.
Yi Na meminta Eun
Jae untuk memulainya sekarang, tapi Eun Jae belum bisa jadi Ye Eun memulainya
dengan mengkritik Eun Jae yang terlalu keras dalam mengetik hingga ia bisa
mendengar dari kamarnya. Eun Jae berkata lain kali ia akan lebih berhati-hati
tapi menambahkan kalau ia juga bisa mendengar suara Ye Eun yang sedang telepon
dengan pacarnya. Ye Eun kaget tak percaya, tapi Jin Myung kemudian mencemprengkan
suaranya dan meniru kata-kata yang Ye Eun ucapkan saat telepon.
Dan percakapan di
meja makan itu semakin ramai, membuat Eun Jae merasa nyaman dan dekat. Eun Jae
berangkat ke kampus dan berkata dalam hati kalau ternyata tak hanya dirinya
yang menahan diri, tapi hanya dia saja yang merasa tak nyaman, hanya dia yang
merasa berjalan seperti di es tipis.
Kita melihat saat
Eun Jae mengetik, Ye Eun hanya perlu mengambil earphone dan melanjutkan
membaca. Yi Na harus menunggu lama di depan kamar mandi saat Eun Jae b.a.b
sambil browsing-browsing dan Jin Myung harus menulis berkali-kali untuk membuat
sebuah post it.
“Kupikir tak
masalah jika aku tak menungkapkan. Aku takut jika aku berkata sesuatu. Aku
merasa mereka mentertawakan aku. Karena itu, kupikir orang lain berbeda
denganku. Mereka lebih tak bisa menghargai orang lain, lebih ceroboh. Kupikir
mereka tak peduli. Ternyata aku yang sombong.”
Lagi-lagi kepala
Eun Jae kena tas. Kali ini ia berkata dengan ramah kepada pemilik tas kalau
tasnya mengenainya. Si pemilik tas kaget dan benar-benar minta maaf. Eun Jae
tersenyum lega.
Di kelas, Jong
Yeol menghampiri Eun Jae dan memberikan bolpen kuningnya. Jong Yeol kemudian
duduk di kursi depan Eun Jae dan berbalik untuk menanyakan nama gadis itu.
Ji Won sangat
ramah dan bersahabat. Menurutnya hal yang harus pertama kali dilakukan dalam
pertemanan dalam kos adalah minum bir dan mempelajari tentang teman sekosnya.
Dan Ji Won apakah Eun Jae punya kakak cowok? Nggak. Punya om yang masih muda?
Eun Jae menjawab setelah berpikir sejenak, omnya yang paling muda berumur 40
tahun. Ji Won diam dan menyuruh Eun Jae untuk keluar kos. Hhahahahaha...
Yi Na bertanya
apakah Eun Jae pikir gadis penari balet itu pergi karena tak tahan di-bully
oleh mereka? Eun Jae grogi membantah, tapi kelihatan jelas kalau memang itu
pikiran Eun Jae. Ji Won menyarankan agar mereka menggunakan kesempatan ini
untuk lebih dekat dengan memberitahu rahasia masing-masing.
Ketika Jin Myung
pulang, keempat gadis itu sudah mulai mabuk. Eun Jae merecap apa saja rahasia
yang pernah diucapkan. Yi Na pacaran dengan 2 cowok dan operasi plastik pada
matanya tapi tidak payudaranya. Berat badan Ye Eun pernah mencapai hingga 63 kg
dan kencan Jin Won selalu mentok di kencan pertama saja.
Eun Jae bernarasi
kalau ada dua jenis rahasia. Rahasia yang boleh diucapkan dan rahasia yang tak
boleh diucapkan. Dan ia punya rahasia yang tak boleh diucapkan. Dengan suara
nyaring, Eun Jae menyebutkan rahasianya kalau ia sudah minum bir sejak kelas 9.
Ji Won mengatakan
kalau ada hantu di rumah mereka dan ia menunjuk lemari sepatu tapi anehnya
hampir semuanya tak kelihatan kaget. Yi Na berkata, “Jadi mungkin aku memang
membunuh mereka.” Jin Myung berkata kalau ada orang yang ia inginkan mati. Eun
Jae melihat lemari itu dengan kaget.
Minum-minum usai
dan semuanya masuk kamar. Eun Jae merasa teman-teman sekosnya ini pada aneh
semua.
Dan episode 1 ini
ditutup dengan potongan-potongan adegan. Mimpi buruk Eun Jae, peristiwa yang melibatkan
Jin Myung dan Yi Na. Potongan-potongan itu diawali dan diakhiri dengan
penampakan lemari sepatu yang menurut Ji Won ada hantunya.
Berikutnya Age of Youth Episode 2
No comments:
Post a Comment